Man Jasad, Bangsa Kita Tak Lagi Mengenal Jati Dirinya

Sukabumi- Musisi yang juga budayawan sunda Mohamad Rohman atau yang lebih akrab di sapa Man Jasad, merasa sedih sekaligus prihatin terhadap generasi saat ini yang tidak lagi mengenal jati diri serta warisan leluhurnya sendiri.

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi terkait Benda Pusaka di Museum Kipahare saat menggelar ritual Ngukuluan Sanghyang atau Membersihkan Pusaka yang berlangsung di gedung museum Baros, Kota Sukabumi kemarin, Minggu 1 November 2020.

Peningalan adiluhung leluhur berupa pusaka seperti Keris dan Kujang lebih sering dimaknai sebagai senjata, padahal menurut Man pusaka pusaka tersebut bukanlah senjata melainkan lebih kepada pegangan yang meneguhkan identitas pemiliknya, Man melanjutkan benda benda tersebut bisa saja dijadikan senjata jika sudah sangat terdesak.

Dari peninggalan peninggalan tersebut menegaskan jika bangsa kita, terutama bangsa sunda, bukanlah bangsa yang gemar berperang. "Jelas bangsa kita adalah bangsa yang welas asih, kepada sesama manusia sealam dunia," tegas Man.

Man membandingkan dengan bangsa Jepang yang memiliki senjata khasnya berupa Katana," jelas katana mah senjata, dari bentuk dan fungsinya serta memiliki kemampuan untuk membunuh." Tapi kita dengan Keris yang memiliki bentuk meliuk atau lurus serta Kujang dengan bentuknya yang khas sangat tidak logis jika benda benda tersebut dibuat untuk tujuan menyakiti atau membunuh, lanjut Man.

Belum lagi stigma keliru yang melekat kepada benda benda pusaka yang selalu dikaitkan dengan klenik dan mistis semakin merendahkan nilai nilai luhur yang terkandung dalam benda pusaka. Padahal menurut Man Keris Dan Kujang serta ragam benda pusaka lainnya milik bangsa kita sarat dengan nilai nilai filosofis, memiliki keindahan dan juga terkandung ilmu pengetahuan yang sangat tinggi didalam pembuatannya.

Ironisnya justru bangsa asinglah saat ini yang lebih tertarik untuk mempelajari benda pusaka milik bangsa kita. Belum lagi perlakuan sebagian golongan masyarakat terhadap benda peninggalan leluhur, Man mencontohkan adanya aksi pengruksakan pusaka dengan cara dipotong menggunakan gerinda dan sengaja dipertontonkan karena dianggap merusak akidah atau keimanan bangsa ini.

"Saya menangis melihat apa yang mereka lakukan, dalam hati saya berdoa, Tuhan maafkan kebodohan mereka," ujar Man.

Dalam kesempatan ini Man mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap warisan budaya terutama Keris dan Kujang yang secara resmi telah di akui oleh Unesco sebagai benda warisan budaya dunia non bendawi sejak 2005 lalu. 

"Kenali, pahami, pelajari, hingga tidak akan muncul pemikiran yang keliru terhadap benda yang seharusnya menjadi kebanggaan bangsa ini, jangan sampai orang asing lebih memahami dan menguasai tehnologi tingkat tinggi dibalik pembuatan benda benda pusaka ini, setidaknya kita peduli dengan tetap menjaganya bukannya malah merusaknya," pungkas Man. (drd)

Comments

Popular posts from this blog

Intoleransi Mimpi Buruk Bagi Bangsa Yang Majemuk

KARASUKAN, Dalam Catatan Jurnal Budaya #bedebah